Joherujo - Tiba-tiba terdengar suara menggelegar di udara, diiringi kilatan cahaya yang membelah langit malam itu. Padahal saat itu cuaca sedang cerah-cerahnya dengan purnama penuh menyinari permukaan bumi.
Hal tersebut membuatnya teriak dan nampak menggigil ketakutan. Teringat kembali dengan pengalaman mengerikan ketika hilang di sebuah bangunan tua dengan area kosong yang ditumbuhi banyak pohon belimbing dan pisang serta semak belukar.
Ketika itu, Hari kecil sedang mengambil layang-layang putus yang kebetulan masuk ke area bangunan tua di perempatan Jalan Mangga Kebumen tersebut. Ya, sebuah bangunan yang memang tampak seram, apalagi disana juga digunakan untuk menyimpan peti-peti jenazah.
Mas Iwan sudah mengingatkan hari kecil untuk tidak nekat masuk ke balik tembok sebagai pagar yang memisahkan jalan dan bangunan tua itu. Tapi seolah tidak digubrisnya, hanya senyuman sinis yang tersimbul dari bibir si Hari kecil.
Hanya doa dan harapan mas Iwan untuk si kecil, semoga dia cepat keluar dengan membawa layang-layang yang tersangkut di pohon belimbing dalam bangunan itu.
Entah bagaimana ceritanya, sesaat setelah mas Iwan pergi meninggalkan lokasi untuk ke luar kota, yang kebetulan saat itu ada tugas ekspedisi yang gak bisa ia tinggalkan.
Seminggu sudah orang-orang di jalan Mangga mencari sosok si Hari kecil yang belum juga kembali. Tapi meskipun hampir semua orang tua dan dewasa memasuki bangunan itu, tetap tidak membuahkan hasil.
Bahkan sumur tua di dalamnya juga sempat dieksplorasi, jangan-jangan sosok kecil itu terjatuh kedalamnya. Tetapi nihil. Hampir putus asa semua orang dan keluarga si Hari kecil menghadapi kejadian tersebut sampai akhirnya harapan itu muncul kembali ketika ada seseorang asal desa seberang sungai Lukulo yang memberitahukan bahwa di daerah Kawedusan ada seorang dukun sakti, manusia pintar ahli supranatural yang bisa menerawang dimana keberadaan si Hari kecil.
Ternyata susah juga untuk menemukan orang pintar tersebut. Meski telah mencarinya lama, bahkan mengikuti petunjuk yang diberikan. Tetapi rumah mbah Mondol, demikian nama orang pintar itu tidak juga ditemukan. Bahkan diantara mereka sudah saling tuduh dan bertengkar. Ada juga yang mengatakan bahwa orang pintar itu hanyalah sebuah isu!
Entah bagaimana caranya, ketika orang-orang yang mencari mbah Mondol hampir putus asa sambil duduk dipinggir pematang sawah tepi jalan yang lengang sambil menghabiskan rokok yang tersisa 1/4 batang itu ada seorang tinggi besar kekar meski kulit jelas sudah keriput berdehem yang mengejutkan orang-orang tersebut.
"Kalian sudah lelah mencariku? Cuma segitunyakah perjuangan kalian?" demikian kalimat yang keluar dari mulut mbah Mondol. Hampir bersamaan mas Udin dan yang lain menjawab, "Bukan begitu mbah, tapi memang kami telah lama mencari mbah Mondol".
Mbah Mondol hanya memandangi orang-orang didepannya. Dan tanpa berkata sepatah kata lagi, dia berjalan kebarat dan diikuti oleh mas Udin dan lainnya tanpa berani menanyakan mau kemanakah mbah Mondol membawa mereka.
Singkat kata, ternyata mbah Mondol berjalan menuju Jalan Mangga tanpa sedikitpun terlihat capai meskipun jarak yang cukup jauh. Sementara mas Udin dan yang lainnya hampir kehabisan nafas dan dalam kepada mereka penuh tanda tanya besar, "Darimana mbah Mondol ini tahu maksud kita mencarinya?". Tapi disaat orang-orang itu makin penasaran, mbah Mondol malah berkata "Sudahlah, gak usah kalian memikirkan itu. Buang jauh-jauh pertanyaan gak penting itu. Gak ada gunanya dan tidak juga menyelesaikan masalah ini!"
Seperti telah tahu apa yang harus diperbuatnya, menjelang pukul 9 malam itu mbah Mondol langsung pergi dan memasuki area bangunan tua itu. Sebenarnya keluarga si Hari Kecil sudah menawarkan rokok dan minuman serta makanan ala kadarnya tapi mbah Mondol menolaknya sambil bergumam "Sudah hampir kehilangan waktu untuk bisa membawa kembali anak itu".
Semua orang lantas bermuka asam mendengar perkataan mbah Mondol, hingga mereka hanya saling berpandangan. Ada beberapa yang mengikuti mbah Mondol ke bangunan itu tapi dilarangnya. "Diamlah kalian disitu, jangan ganggu saya, atau semua yang ada didalam area bangunan tua ini akan berlaku liar pada si Hari Kecil?"
Setengah jam waktu telah berlalu dan mbah Mondol masih terus berdiri seperti sedang melakukan komunikasi.
Memang sebenarnya begitu adanya. Mbah Mondol sedang berkomunikasi dengan seluruh penghuni bangunan itu, yang tak bisa dilihat oleh mata. Hanya dia saja mungkin yang bisa melihatnya.
Saat itulah terlihat si Hari Kecil tengah menangis memanggil-manggil emak dan saudara-saudaranya. Entah kemana baju pramuka yang terakhir dikenakannya. Celana pendek coklatnya pun telah menjadi lusuh dan terlihat robek-robek.
Ternyata si Hari selama bertahun-tahun dialam sana mengalami kejadian-kejadian yang sangat mengerikan. Entah apa yang dimakannya, gak ada dialam manusia. Terlihat seperti daging tapi tidak berasa daging. Bahkan air pun tidaklah berasa air.
Dengan kelihaian dan kemampuan mbah Mondol, akhirnya dia meminta ke pemimpin mahluk halus disana untuk mengembalikan si Hari Kecil. Sebuah permintaan yang tidak begitu saja diiyakan.
Mbah Mondol harus bertarung melawan pasukan mahluk halus, sampai akhirnya si pemimpin disana mau menyerahkan kembali si Hari Kecil.
Saat pertama kali terlihat, nampak si Hari Kecil dengan celana pramuka bolong-bolong tanpa baju, terbaring di pohon belimbing sambil nangis dengan suara parau.
Sontan orang-orang yang selama ini mencarinya tercengang dengan apa yang dilihatnya malam itu. Tapi mereka tidak berani mendekat dan masuk sampai mbah Mondol memberi perintah untuk segera menurunkan si Hari kecil.
Saat itu waktu telah beranjak dari pukul 12 malam. Si Hari kecil telah berhasil dievakuasi dan dibawa ke rumahnya yang tidak jauh dari lokasi kejadian, tepatnya 2 rumah disebelah barat perempatan jalan Mangga.
Tengah malam itu suasana berubah tegang bercampur haru yang berbeda dari hari-hari biasanya. Si Hari Kecil masih juga merancu bicara tanpa terkendali. Entah kalimat apa yang keluar dari mulutnya. Sementara itu mbah Mondol terus berusaha menangani anak kecil yang malang itu.
Hanya sayup-sayup terdengan kata-kata "osam.. asem.. slendam.. slendem.. hoagh.." yang diucapkan si kecil itu. Entah apa artinya itu. Susah juga menangani si kecil yang nampak bengis itu.
Akhirnya mbah Mondol meminta kopi dan tempe Menot yang sebenarnya malam itu sudah tutup. Tapi karena situasi sangat gawat, akhirnya beberapa orang mendatangi rumah mbah Menot untuk meminta digorengkan beberapa tempe.
Setelah keinginan terlaksana, tempe tersebut segera diberikan ke mbah Mondol dan juga kopi yang masih saja utuh belum disentuh. Setelah tempe ditangan, mulut mbah Mondol komat-kamit seperti membacakan mantra sakti berulang-ulang sambil nyruput kopi yang ditahan didalam mulutnya selama hampir 5 menit.
Tiba-tiba brraahhh.. disemburkannya tempe dan kopi yang berada didalam mulut mbah Mondol itu. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar lagi suara gemuruh dan kilatan cahaya dilangit yang disaksikan orang-rang diluar rumah.
Tapi...
Ada satu keajaiban yang muncul dari sana. Si Hari kecil tiba-tiba bisa berdiri dan menghampiri orang tuanya sambil memeluk dan menangis. Dalam pelukan orang tua dan sudara-saudaranya dia berkata "......" yang hanya bisa didengarkan orang-orang terdekat.
Dan..
Mbah Mondol kemudian memegang kedua pipi si kecil sambil memandanginya. Lalu berkata "Anak ini akan jadi anak baik, murah senyum yang tidak akan makan daging!"
Hal tersebut membuatnya teriak dan nampak menggigil ketakutan. Teringat kembali dengan pengalaman mengerikan ketika hilang di sebuah bangunan tua dengan area kosong yang ditumbuhi banyak pohon belimbing dan pisang serta semak belukar.
Ketika itu, Hari kecil sedang mengambil layang-layang putus yang kebetulan masuk ke area bangunan tua di perempatan Jalan Mangga Kebumen tersebut. Ya, sebuah bangunan yang memang tampak seram, apalagi disana juga digunakan untuk menyimpan peti-peti jenazah.
Mas Iwan sudah mengingatkan hari kecil untuk tidak nekat masuk ke balik tembok sebagai pagar yang memisahkan jalan dan bangunan tua itu. Tapi seolah tidak digubrisnya, hanya senyuman sinis yang tersimbul dari bibir si Hari kecil.
Hanya doa dan harapan mas Iwan untuk si kecil, semoga dia cepat keluar dengan membawa layang-layang yang tersangkut di pohon belimbing dalam bangunan itu.
Entah bagaimana ceritanya, sesaat setelah mas Iwan pergi meninggalkan lokasi untuk ke luar kota, yang kebetulan saat itu ada tugas ekspedisi yang gak bisa ia tinggalkan.
Seminggu sudah orang-orang di jalan Mangga mencari sosok si Hari kecil yang belum juga kembali. Tapi meskipun hampir semua orang tua dan dewasa memasuki bangunan itu, tetap tidak membuahkan hasil.
Bahkan sumur tua di dalamnya juga sempat dieksplorasi, jangan-jangan sosok kecil itu terjatuh kedalamnya. Tetapi nihil. Hampir putus asa semua orang dan keluarga si Hari kecil menghadapi kejadian tersebut sampai akhirnya harapan itu muncul kembali ketika ada seseorang asal desa seberang sungai Lukulo yang memberitahukan bahwa di daerah Kawedusan ada seorang dukun sakti, manusia pintar ahli supranatural yang bisa menerawang dimana keberadaan si Hari kecil.
Ternyata susah juga untuk menemukan orang pintar tersebut. Meski telah mencarinya lama, bahkan mengikuti petunjuk yang diberikan. Tetapi rumah mbah Mondol, demikian nama orang pintar itu tidak juga ditemukan. Bahkan diantara mereka sudah saling tuduh dan bertengkar. Ada juga yang mengatakan bahwa orang pintar itu hanyalah sebuah isu!
Entah bagaimana caranya, ketika orang-orang yang mencari mbah Mondol hampir putus asa sambil duduk dipinggir pematang sawah tepi jalan yang lengang sambil menghabiskan rokok yang tersisa 1/4 batang itu ada seorang tinggi besar kekar meski kulit jelas sudah keriput berdehem yang mengejutkan orang-orang tersebut.
"Kalian sudah lelah mencariku? Cuma segitunyakah perjuangan kalian?" demikian kalimat yang keluar dari mulut mbah Mondol. Hampir bersamaan mas Udin dan yang lain menjawab, "Bukan begitu mbah, tapi memang kami telah lama mencari mbah Mondol".
Mbah Mondol hanya memandangi orang-orang didepannya. Dan tanpa berkata sepatah kata lagi, dia berjalan kebarat dan diikuti oleh mas Udin dan lainnya tanpa berani menanyakan mau kemanakah mbah Mondol membawa mereka.
Singkat kata, ternyata mbah Mondol berjalan menuju Jalan Mangga tanpa sedikitpun terlihat capai meskipun jarak yang cukup jauh. Sementara mas Udin dan yang lainnya hampir kehabisan nafas dan dalam kepada mereka penuh tanda tanya besar, "Darimana mbah Mondol ini tahu maksud kita mencarinya?". Tapi disaat orang-orang itu makin penasaran, mbah Mondol malah berkata "Sudahlah, gak usah kalian memikirkan itu. Buang jauh-jauh pertanyaan gak penting itu. Gak ada gunanya dan tidak juga menyelesaikan masalah ini!"
Seperti telah tahu apa yang harus diperbuatnya, menjelang pukul 9 malam itu mbah Mondol langsung pergi dan memasuki area bangunan tua itu. Sebenarnya keluarga si Hari Kecil sudah menawarkan rokok dan minuman serta makanan ala kadarnya tapi mbah Mondol menolaknya sambil bergumam "Sudah hampir kehilangan waktu untuk bisa membawa kembali anak itu".
Semua orang lantas bermuka asam mendengar perkataan mbah Mondol, hingga mereka hanya saling berpandangan. Ada beberapa yang mengikuti mbah Mondol ke bangunan itu tapi dilarangnya. "Diamlah kalian disitu, jangan ganggu saya, atau semua yang ada didalam area bangunan tua ini akan berlaku liar pada si Hari Kecil?"
Setengah jam waktu telah berlalu dan mbah Mondol masih terus berdiri seperti sedang melakukan komunikasi.
Memang sebenarnya begitu adanya. Mbah Mondol sedang berkomunikasi dengan seluruh penghuni bangunan itu, yang tak bisa dilihat oleh mata. Hanya dia saja mungkin yang bisa melihatnya.
Saat itulah terlihat si Hari Kecil tengah menangis memanggil-manggil emak dan saudara-saudaranya. Entah kemana baju pramuka yang terakhir dikenakannya. Celana pendek coklatnya pun telah menjadi lusuh dan terlihat robek-robek.
Ternyata si Hari selama bertahun-tahun dialam sana mengalami kejadian-kejadian yang sangat mengerikan. Entah apa yang dimakannya, gak ada dialam manusia. Terlihat seperti daging tapi tidak berasa daging. Bahkan air pun tidaklah berasa air.
Dengan kelihaian dan kemampuan mbah Mondol, akhirnya dia meminta ke pemimpin mahluk halus disana untuk mengembalikan si Hari Kecil. Sebuah permintaan yang tidak begitu saja diiyakan.
Mbah Mondol harus bertarung melawan pasukan mahluk halus, sampai akhirnya si pemimpin disana mau menyerahkan kembali si Hari Kecil.
Saat pertama kali terlihat, nampak si Hari Kecil dengan celana pramuka bolong-bolong tanpa baju, terbaring di pohon belimbing sambil nangis dengan suara parau.
Sontan orang-orang yang selama ini mencarinya tercengang dengan apa yang dilihatnya malam itu. Tapi mereka tidak berani mendekat dan masuk sampai mbah Mondol memberi perintah untuk segera menurunkan si Hari kecil.
Saat itu waktu telah beranjak dari pukul 12 malam. Si Hari kecil telah berhasil dievakuasi dan dibawa ke rumahnya yang tidak jauh dari lokasi kejadian, tepatnya 2 rumah disebelah barat perempatan jalan Mangga.
Tengah malam itu suasana berubah tegang bercampur haru yang berbeda dari hari-hari biasanya. Si Hari Kecil masih juga merancu bicara tanpa terkendali. Entah kalimat apa yang keluar dari mulutnya. Sementara itu mbah Mondol terus berusaha menangani anak kecil yang malang itu.
Hanya sayup-sayup terdengan kata-kata "osam.. asem.. slendam.. slendem.. hoagh.." yang diucapkan si kecil itu. Entah apa artinya itu. Susah juga menangani si kecil yang nampak bengis itu.
Akhirnya mbah Mondol meminta kopi dan tempe Menot yang sebenarnya malam itu sudah tutup. Tapi karena situasi sangat gawat, akhirnya beberapa orang mendatangi rumah mbah Menot untuk meminta digorengkan beberapa tempe.
Setelah keinginan terlaksana, tempe tersebut segera diberikan ke mbah Mondol dan juga kopi yang masih saja utuh belum disentuh. Setelah tempe ditangan, mulut mbah Mondol komat-kamit seperti membacakan mantra sakti berulang-ulang sambil nyruput kopi yang ditahan didalam mulutnya selama hampir 5 menit.
Tiba-tiba brraahhh.. disemburkannya tempe dan kopi yang berada didalam mulut mbah Mondol itu. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar lagi suara gemuruh dan kilatan cahaya dilangit yang disaksikan orang-rang diluar rumah.
Tapi...
Ada satu keajaiban yang muncul dari sana. Si Hari kecil tiba-tiba bisa berdiri dan menghampiri orang tuanya sambil memeluk dan menangis. Dalam pelukan orang tua dan sudara-saudaranya dia berkata "......" yang hanya bisa didengarkan orang-orang terdekat.
Dan..
Mbah Mondol kemudian memegang kedua pipi si kecil sambil memandanginya. Lalu berkata "Anak ini akan jadi anak baik, murah senyum yang tidak akan makan daging!"
Mbah Mondol itu MURID dari GURU GRANDONG ya :p
BalasHapusJustru grandong itu kakak seperguruan mbah Mondol wkkk
Hapusuntung ada mbah mondol alias orang pinter tapi kuliah dimana itu dulunya bisa sampai pinter banget
BalasHapusMungkin di Mondol University tuh kuliahnya :))
HapusCerita real nopo fiksi niku mas? Mas hari kecil ;pp
BalasHapusmas Hari kecil itu real kok :-)
Hapushuahahahaha... =)) kang heru ki ncen yoi..
BalasHapusKukuh, pertahankan gondrongmu :) wkkk
Hapus